Go Car Horror

Renaldi Sidiq Wibowo
4 min readSep 15, 2020
Photo by Valentin Salja on Unsplash

Hello guys, kali ini aku mau ceritain pengalaman aku berinteraksi sama aplikasi ojek online, khususnya di bagian navigation maps-nya, disclaimer dulu nih tidak ada maksud menjatuhkan atau menjelek-jelekkan apapun yang diceritakan di sini, Just for fun. Yuk langsung aja ke ceritanya.

Liburan kemarin teman-teman saya dari jogja berkunjung ke kota malang, tentu saja saya menjadi tour guide bagi mereka, menemani berjalan-jalan di sekitar malang, tidak terlewakan kami pun mampir ke kota wisata batu, mengunjungi jatim park dan tidak lupa menjajakan diri di pos ketan alun-alun batu, setelah selesai bermain di batu kamipun kembali pulang ke penginapan. Waktu itu jam di smartphone saya menunjukkan pukul sembilan malam. Kami memesan gocar sebagai transportasi perjalanan pulang, layaknya tadi kami berangkat ke batu.

Ketika perjalanan di dalam mobil, karena teman-teman saya memang sifatnya rame, jadi banyak keributan dan candaan selama perjalanan, kebetulan juga waktu itu kami dapat driver yang usianya masih muda kalau dilihat-lihat tidak jauh lah sebaya kami, jadi nyambung buat diajak bercanda. Ditengah perjalanan, driver gocar itu bertanya, “ini jalannya bener kan?”, seraya tidak yakin. Sontak teman saya yang emang ceplas-ceplos langsung menjawab dengan mantapnya, “iya bener mas”. sayapun ngikut aja karena kebetulan tadi waktu berangkat saya tidak terlalu memperhatikan jalannya, lagipula keadaan saat itu sangat gelap sehingga tidak dapat mengenali area sekitar. Sang driver gocar pun melaju melanjutkan jalannya.

Sampai di suatu pertigaan yang jika belok kiri adalah jalan aspal tetapi buntu, dan jika lurus adalah jalan setapak dengan kanan-kirinya adalah pohon besar dan sangat gelap. Apesnya navigasi di maps menujukkan bahwa kita harus melewati jalan lurus itu. Sang driver gocar pun kembali bertanya pada kami, “yakin ini jalannya mas?”. Dari situ pun kami mulai risau, “hah, kayaknya tadi ga lewat jalan kaya gini deh”, “tapi itu di maps tujuannya bener kan mas?”, “atau puter balik aja mas”, “tapi kalau puter balik jadinya jauh banget”, keaadaan menjadi mulai panik. Sayapun ikut mengecek navigasi di maps saya dan ternyata memang benar itu jalannya. Akhirnya sang driver gocar pun memberanikan diri untuk jalan lurus ke jalan setapak mengikuti arah navigasi. “yakin nih mas berani lewat sini?”, tanya saya memastikan diri. “iyo mas gapapa”, jawab drivernya. “yowes mas bismillah wae”, jawab saya. Akhirnya kami pun memasuki jalan setapak tersebut.

Suasana yang tadinya ramai dengan canda gurau tiba-tiba berubah menjadi sepi penuh ketegangan. Udara di dalam mobil mulai dingin merasuk ke kulit. Hutan gelap disekeliling kami, tidak ada penerangan sama sekali kecuali lampu mobil kami, yang terlihat hanya jalan tanah bebatuan di depan mobil. Sesekali terlihat bangunan tua di kiri jalan yang gelap tanpa adanya satupun penerangan. Navigasi menunjukan jarak lima kilometer yang harus kami tempuh melewati jalan setapak tersebut. Tak ada satupun orang ataupun kendaraan yang terlihat melintasi jalan itu. Sampai akhirnya kami melihat ada satu mobil tua yang melaju berlawanan menuju ke arah kami. Kamipun sedikit lega, ternyata ada kendaraan lain yang melintasi jalan ini. Pasti mobil itu juga salah satu korban navigasi maps seperti kami, pikirku. Tidak lama kemudian kami berpapasan dengan mobil tersebut dan saya sempat melihat ke arah pengemudinya, terlihat sesosok pria tua berambut pirang, sepertinya bule, mengemudi sendirian tanpa satupun penumpang lain. Tidak ingin berpikiran negatif, kamipun terus melanjutkan perjalanan. Sampai akhirnya kami tiba di penghujung jalan setapak, terlihat pos satpam perumahan lengkap beserta satpamnya yang terus menatap kami keheranan. Mungkin pikir satpam itu, “ini mobil ngapain malem-malem ke hutan.”, “jangan-jangan yang naik bukan orang.”, candaan kami kembali demi mencairkan ketegangan. Tak lama kami pun tiba di penginapan. Syukurlah kami bisa tiba dengan selamat. Tak lupa kami mengingatkan sang driver untuk mengambil jalan lain agar tidak masuk ke hutan itu lagi.

Begitulah sepenggal cerita pengalam saya dalam menggunakan sistem. Dari cerita diatas dapat diambil kesimpulan bahwa aplikasi navigasi khususnya maps, hanya mencarikan jarak terdekat dari lokasi keberadaan ke lokasi tujuan, tanpa memperdulikan kondisi jalan tersebut. Dari situ perlu ditingkatkan informasi mengenai kondisi setiap jalan. Karena bagaimana pun saat kita dalam perjalanan, yang terpenting adalah keselamatan. Terlebih lagi aplikasi navigasi seperti maps saat ini sangat diandalkan masyarakat terutama ketika berpergian ke tempat yang belum pernah dikunjungi. Selain saya, banyak sekali kisah orang-orang yang menjadi korban gps dan disesatkan. Selain itu di aplikasi google maps (versi 2017), ketika kita hendak berpergian ke suatu tempat, hanya terdapat beberapa pilihan berkendara, yaitu mobil, angkutan umum, dan jalan kaki. Hal ini membuat pengendara motor tak jarang disesatkan ke jalur mobil seperti jalan tol atau sebagainya. Lagipula jika ada opsi untuk kendaraan sepeda motor, hal itu dapat memaksimalkan penggunaan jalan-jalan kecil yang tidak dapat dilalui oleh mobil tetapi sepeda motor bisa, agar dapat membantu mengurangi kepadatan di jalur utama.

Yang masih menjadi misteri apakah pria tua berambut pirang yang berpapasan dengan kami adalah benar manusia? Atau apakah mobil tua yang berpapasan dengan kami beneran ada? Menurut kalian gimana?

--

--